Jumat, 30 Mei 2014

Dua Puisi dari buku Nota Elegia

Jun Nizami


Melankolia

Saya telah lupa kapan untuk yang terakhir kali
saya tidur di malam hari

Seperti kamu tahu, sejak lama sekali
setiap malam tiba, selalu saya mengusahakan diri
telah berada di puncak bukit atau di mana pun
di sebuah tempat yang lebih tinggi

Menyaksikan bintang berkedip sepanjang malam
atau menyaksikan sehampar lampu,
untuk kemudian menerka-nerka
yang sebelah manakah rupanya lampu rumahmu

Dari situ, lalu saya akan membayangkanmu
tengah melakukan sesuatu (misal; memeluk
boneka beruang yang besar lagi lucu)
atau membayangkanmu
membayangkanku

Tahukah? seorang lelaki tak lagi dapat tidur
hanya agar bisa menuliskan
bait sentimentil semacam ini:

seperti yang telah kita duga suatu ketika, laila,
inilah kisah kita, akhirnya: berbahagia.
seseorang lalu meminangmu, seperti duka demi duka
yang kemudian menimang daku.

dari  sini, lailaku, sehampar lampu kotamu
--tasikmalaya itu, terlihat begitu sendu.
 yang kelap-kelip itu, adakah ia sebuah lampu
dari halaman
ingatanmu?




Nota Elegia VII

Seperti yang telah kusajakkan sebelumnya
Malam ini, aku mengingatmu kembali
Selalu selalu

Ingatanku, barangkali, payung hitam itu
Yang senantiasa terbuka
Senantiasa senantiasa

Seperti pedih dan cinta. Garis tanganku
Yang kusut itu

Udara bagi helaan ini. Seperti lenganku
Bagi lenganmu. Terbuka

Tetapi tak, karena seperti aku
Yang telah berdua dengan kesendirian ini
Kaupun, kini tak lagi sendiri

Kita telah melambai
Dengan masing-masing kepergian
Yang dengan kata lain, kembali asing
Terhadap satu sama lain

Sampai di sini, kekasihku:
Aku telah berkelahi dengan begitu banyak lelaki
Aku telah berkelahi dengan begitu banyaknya sepi

Tanpamu, di sisi

My sweetheart,
Yang bukan lagi
Yang bukan lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar