Meninggalkan Kie Raha
To Madadi Anting-anting
To Mawele se Ni Ngau,
To Madadi Ngofa Yau
To Malule se Ni Nyiho
Atau kaukah Janiba, bagi rusuk Samad
Yang hancur. Sofi Sado Sone,
Hikayat yang kekal dalam kubur
Hamsilana, Maitara di seberang pandang
Sedang engkau di pelupuk kenang
Menegaskan bayang-bayang
Menegaskan jarak yang membentang
Foheka, menuju entah kapal-kapal
Berangkat. Di dermaga pula kapal-kapal
Merapat. Sedang kakiku, masih jua terasa
Berat
Foheka, Bandar Udara Babullah
Atau matakukah yang berkabut
Pulau-pulau menyusut, sepanjang
Perjalananku menyongsong maut.
Meninggalkanmu. Ribuan kilometer
Di atas permukaan laut
Tetapi seperti pula suaramu
Ingatanku bersenandung di situ:
Ku menjadi anting-anting
Ku menggantung di telingamu,
Ku menjadi seorang bayi,
Ku tertidur di pangkuanmu
2011
Ziarah
Akulah Eufrat, airmata
Sepanjang Mesopotamia yang terluka
Juga Tigris, wahai Muharram merdu
Bagi Babylon yang habis jadi debu
Minumlah darah dari tubuhku
O Karbala yang dahaga
Sebab setiap kepala yang dilarungsungai
Dari beribu batang leher yang terpenggal
Mestinya adalah bahasa
Sejarah yang ganas
Anggur cinta yang keras
Maka tenggaklah sabda dari huluhilir ziarahku ya Hurairah:
Akan terbunuhlah 99 dari tiap 100 orang yang berperang itu
Darah yang pasang, di tubuh airku yang surut
2011
Arumi Sedang Mengetik
Dari jam dinding itu, detik-detik runtuh pada punggungmu
Secangkir kopi di atas meja, dan daun-daun yang jatuh pada
Beranda. Arumi sedang mengetik, barangkali menulis puisi
Atau menyelesaikan paragraf kelima dari sebuah surat cinta
Dari almanak-almanak tua, tanggal-tanggal luruh begitu saja
Ketika dalam jauh, angin menyisir sebuah pasar malam yang
Sibuk. Dan seorang anak kecil gemetar, menyaksikan komidi
Putar yang terbakar. Sementara aku menghalau kantuk
Sepanjang jalan, di dalam kereta, yang tujuan dan jadwal
Keberangkatannya aku lupakan
Arumi terus mengetik, sementara aku sebagai kata-kata yang
Kerap gagal ia baca. Malam semakin larut, sementara waktu begitu
Rahasia. Seperti mata begitu juga cinta yang tak letih-letih untuk
Terjaga: dalam dada dalam bising, juga telinga dengan
Pendengaran masing-masing: mengkhidmati tembang mijil
Juga himne maut yang dinyanyikan seseorang di atas genting
2011
To Madadi Anting-anting
To Mawele se Ni Ngau,
To Madadi Ngofa Yau
To Malule se Ni Nyiho
Atau kaukah Janiba, bagi rusuk Samad
Yang hancur. Sofi Sado Sone,
Hikayat yang kekal dalam kubur
Hamsilana, Maitara di seberang pandang
Sedang engkau di pelupuk kenang
Menegaskan bayang-bayang
Menegaskan jarak yang membentang
Foheka, menuju entah kapal-kapal
Berangkat. Di dermaga pula kapal-kapal
Merapat. Sedang kakiku, masih jua terasa
Berat
Foheka, Bandar Udara Babullah
Atau matakukah yang berkabut
Pulau-pulau menyusut, sepanjang
Perjalananku menyongsong maut.
Meninggalkanmu. Ribuan kilometer
Di atas permukaan laut
Tetapi seperti pula suaramu
Ingatanku bersenandung di situ:
Ku menjadi anting-anting
Ku menggantung di telingamu,
Ku menjadi seorang bayi,
Ku tertidur di pangkuanmu
2011
Ziarah
Akulah Eufrat, airmata
Sepanjang Mesopotamia yang terluka
Juga Tigris, wahai Muharram merdu
Bagi Babylon yang habis jadi debu
Minumlah darah dari tubuhku
O Karbala yang dahaga
Sebab setiap kepala yang dilarungsungai
Dari beribu batang leher yang terpenggal
Mestinya adalah bahasa
Sejarah yang ganas
Anggur cinta yang keras
Maka tenggaklah sabda dari huluhilir ziarahku ya Hurairah:
Akan terbunuhlah 99 dari tiap 100 orang yang berperang itu
Darah yang pasang, di tubuh airku yang surut
2011
Arumi Sedang Mengetik
Dari jam dinding itu, detik-detik runtuh pada punggungmu
Secangkir kopi di atas meja, dan daun-daun yang jatuh pada
Beranda. Arumi sedang mengetik, barangkali menulis puisi
Atau menyelesaikan paragraf kelima dari sebuah surat cinta
Dari almanak-almanak tua, tanggal-tanggal luruh begitu saja
Ketika dalam jauh, angin menyisir sebuah pasar malam yang
Sibuk. Dan seorang anak kecil gemetar, menyaksikan komidi
Putar yang terbakar. Sementara aku menghalau kantuk
Sepanjang jalan, di dalam kereta, yang tujuan dan jadwal
Keberangkatannya aku lupakan
Arumi terus mengetik, sementara aku sebagai kata-kata yang
Kerap gagal ia baca. Malam semakin larut, sementara waktu begitu
Rahasia. Seperti mata begitu juga cinta yang tak letih-letih untuk
Terjaga: dalam dada dalam bising, juga telinga dengan
Pendengaran masing-masing: mengkhidmati tembang mijil
Juga himne maut yang dinyanyikan seseorang di atas genting
2011