Selasa, 29 Mei 2012

Puisi-puisi Jun Nizami (Pikiran Rakyat, 27 Mei 2012)

Dalam Musim, Tahun-tahun
Memilih Mukim

1

Kutemukan tahun-tahun sepi di matamu
Di dadaku, daun-daun gugur berabad-abad
Dalam Kun dan awal pernyataan cintamu
Lantas kupikul langit-bumi yang berat

2

Yara memesan hujan
Kaula meminta kemarau
Berdua menulis angan
Angan mencipta Engkau

3

Yang mengecupmu sebagai musim panas
Akhirnya mengenalkan pada kau musim dingin
Garis tangan, dan seluruh mitos hari yang naas
Hendak mengajarkan pada kau ikhlas ingin
Isyarat angin

2011



Nota Elegia II

akhirnya, laila, tuhan menciptakan
langit baru untukku. pecinta yang
kekal. musafir tanpa bekal

mencarimulah kesedih sekaligus
kegembiraan itu. dengan tubuh yang
haus, yang hangus. memeluk takdir
yang getir, yang tandus

sepanjang gurun pasir, menjadi penyair
seseorang yang fakir lagi kerapkali terusir.
yang tak henti berseru, selalu, memanggil-
manggil namamu:

laila, laila, laila,
aku sahaya,
aku majenun
yang kehilangan cahaya

2011-2012



Memotong Rambut

Memotong rambut, mugia terpotong pula segala duka
yang merambati batang usia. Membuntuti tahun-
tahun sepi. Hari-hari naas, seperti pula kesedih dan
kegelisahan yang seperti abadi

Daun-daun luruh. Kusaksikan helai demi helai puisi
sedih terjatuh

Memotong rambut, mengharap gerbang musim cinta
kembali terbuka. Taman-taman dipenuhi bunga,
di mana seratus harapan, seperti pula sehampar mawar
yang tengah tumbuh di dalamnya

Taman-taman diisi warna ceria, berbagai mimpi indah
dan fantasi, di mana sungai selalu jernih, dan bidadari
berselendang pelangi, kerap lungsur untuk mengecup
bumi yang terluka ini

Daun-daun luruh. Kusaksikan helai demi helai puisi
sedih terjatuh

Memotong rambut, mengharap gerbang musim cinta
kembali terbuka. Taman-taman dipenuhi bunga, diisi
warna-warna yang ceria, di mana sajak seperti pula
kegembiraan anak-anak yang kekal di dalamnya.
Bermain dan menari. Melantunkan gitanjali,
bersama para peri yang baik hati

Daun-daun luruh. Rumput-rumput bersimpuh.
Sehampar mawar kusaksikan, seperti pula seratus
harapan yang bercahaya dan bermekaran

2010

(Pikiran Rakyat, 27 Mei 2012)