Jun Nizami
Nota Elegia IX
1
Tiba juga senja pada akhirnya.
Di sebuah kafetaria, duduk sepasang remaja
Udara dingin, seseorang di antara mereka
lantas melindungi poninya dariusil angin
“Nae Sarang, Nae Sarang, rambutnya sehalus
satin,” ucap angin
“Ini deja vu,” ucap waktu, waktuitu
Sementara dari kaca jendela, kota seperti pecahan
cahaya. Miniatur, yang dibangun kembali dari
kesedihan masa lalu dan serpihan kisah cinta
Seulpeun Yeonga; jika hanya untuk menyaksikan
kekasihnya mati, barangkali, Hae-in lebih memilih
untuk tetap buta. Selamanya.
2
Angin demam. Udara penuh aromasoju, ketika
seseorang di antara remaja itu bergumam
Alangkah drama. Alangkah sebetulnya ia ingin
mengungkapkan perasaan cinta
“Kamu masih hafal lagu Arirang?”dengan sumbang,
merasa bodoh, sebab yang mestinya ia ucapkan
hanyalah Saranghaeyo
“Arirang, Arirang, Arariyo…” dengan lirih,
seseorang lagi menyanyikan lagu rakyat. Seperti
suara Kim Young-im yang intim lagi berat
Tetapi kemudian, ia berhenti pada lirik yang artinya
kira-kira seperti ini: Dia yang meninggalkanku di sini…
Ia teringat pada seseorang yang tak pernah kembali.
Telah pergi, melampaui jarak 10 li
Ia terlihat bersedih. Lantas seperti biasa, hidup kembali
menghiburnya: Sarangeun modeun goeseul chiyu
hamnida
Ya, ia percaya bahwa cinta menyembuhkan segalanya.
Seperti ia juga percaya, bahwacinta pula muasal
seluruh luka. Kehidupan dan kematian. Kesedih dan
keriangan yang baka
“Saranghanun, Saranghanun, sebab begitulah maut,
di mana pun, ialah lanun”
3
Senja tiada juga pada akhirnya.
Seseorang (barangkali penyair)duduk, di sebuah
kafetaria yang tak ada
Dari kaca jendela, udara terlihat hampa. Tak ada
angin tak ada waktu. Hanya ada gugusan lampu dan
yang tak ada itu
Sementara di atas meja: potret seorang wanita yang
mengenakan hanbok dan novel cinta
Kenangan, dan sebuah sajak yangbelum juga
selesai sejak lama: Sajak lama, yang tak ada
“Lagu apakah yang paling sedih didunia?” yang
barangkali penyair itu kini kemudian bertanya.
Seorang penyiar, entah di mana,
lantas memungkas cerita, dan memutarkannya
sebuah lagu yang tak ada
Ketiadaan itu…
Tetapi ia mendengarnya, mendengarkannya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar